Monday, September 7, 2015

MENGEJAR MENTARI MENYIBAK AWAN

Menerobos padang ilalang setinggi dada mencoba mengumpulkan rasa kecewa, sedih, gundah dan bahagia yang tercecer disana sini. Ntah sudah berapa lama gue menenggelamkan diri ke dalam rimbunnya padang ilalang. Dan ntah sudah sberapa jauh gue berjalan menyibak gatalnya rimbun rumput liar mengelilingi pagar betis yang gue tancepin. Begitu keras usaha yang gue lakuin demi terbebas dari belenggu jerat ilalang. Mengintip celah demi celah terbuka untuk melihat jalan keluar. Sudah tak terhitung lagi berapa jumlah duri menancap telapak kaki, sakit. Ya.. sakit. Sakit banget. Inilah perjuangan hidup gue. Mengabaikan rasa sakit, menghilangkan rasa gengsi, dan menelantarkan rasa capek. Perjuangan anak manusia demi pencapaian cita-cita. Jauh jarak membentang antara Madura-Jakarta bukan lah halangan karna cita-cita gue jauh melampaui jarak hanya sekedar madura-Jakarta. Masih begitu lekat dalam ingatan betapa mengharu biru ketika gue bilang sama mama mau kuliah di jakarta. “ma. Adit mau kuliah di Jakrta ya?”. “kok mau kuliah di jakarta?. Katanya kemaren mau kuliah di Madura ajah?” mama menjawab pertanyaan gue dengan pertanyaan. Ketika gue masih kelas X sama sekali gak ada niatan buat kuliah keluar kota memang apa lagi ke Jakrta, di Surabaya pun gak kepikiran sama sekali. Alasannya simpel, biar lebih mengenal Madura dan mayoritas temen temen gue ada di Madura jadi lebih ngerasa nyaman di sana. Heheehehe. Gak sih, bokis gue.
Sebenarnya gak punya dana ajah buat kuliah di Jakarta secara biaya kuliah di sana mahal belum lagi biaya hidupnya selangit. Mahal!. Seiringin bergulirnya waktu, dan gue ude kelas XII ahir. Dari sanalah dimulai perubahan mindset gue. Yang awalnya gak mau kuliah keluar kota malah berubah drastis. Sekarang malah kebalik, gak mau ku liah di madura. Alasannya?. Kalo gue kuliah di Madura gak bakal bisa berkembang, temennya itu itu ajah dan pengalamannya itu itu ajah. Selain itu, di madura gue mau kerja apa? Di sana lapangan pekerjaan sesulit mencari koin di tumpukan ilalang, gampang-gampang susah. “mama. Dulu emang ia. Tapi mama bayangin deh klo adit kuliah disini, mau kerja apa? Mau dapet biaya kuliah adari mana ma?. Adit gak mau membebani mama dengan biaya kuliah adit” gue coba menjelaskan ke mama. Gue ngerti apa yang ada di benak mama. Dia takut gak punya duit buat biaya kuliah gue. Dia takut gue kenapa kenapa di Jakarta karna yang mama tau di jakarta kehidupannya sangat keras, pergaulannya bebas. Dia takut gue malah nakal di jakarta bergaul sama orang yang gak bener. “adit, mama mau dapet uang adri mana buat kuliah kamu?. Katanya kuliah di sana mahal. Kamu kan tau kondisi keluarga kita!”. Benerkan felling gue?. Selalu duit jadi masalah. Tapi gue yakin insyaallah selama ada kemauan yang kuat Allah pasti ngasih jalan keluar yang terbaik. Mulai sekarang mainset kita harus berubah, bukan duit yang membeli cita-cita kita tapi cita-cita dan keinginan kitalah yang membeli duit. Bukan begitu guys!. Hehehehe. “mama. Adit tau kok gimana kondisi keluarga kita. Makanya mama gak usah hawatir” gue coba meredam kehawatiran mama.

for full my short story klik here

No comments:

Post a Comment